Tema: "Kebijakan Pendidikan Terkait Guru dan Tenaga Kependidikan"
Oleh:
Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
(Dirjen GTK)
Filosofi Guru Ki Hajar Dewantara
Anak lahir diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh tapi semua tulisan itu suram. Pendidikan berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan berisi baik agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan agar jangan menjadi tebal, bahkan jika bisa dibikin lebih suram.
“Dalam perspektif ekologis, pendidikan itu hanya menuntun. Namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak sangat besar." (Ki Hajar Dewantara)
Guru Dalam Perspektif Merdeka Belajar
1. Memandang Anak Dengan Rasa Hormat
Dalam pembelajaran, pendidik harus tahu fokus pembelajaran adalah peserta didik. Pendidik harus memberikan kesempatan kepada peserta didik agar bisa aktif dan berkembang tanpa ada ikatan apapun serta tidak meminta sesuatu hak pun dari peserta didik.
"Seorang pendidik, dalam mendidik anak bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba kepada sang anak." (Ki Hajar Dewantara)
2. Mendidik Secara Holistik
Kerangka Utama Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Holistik adalah Budi Pekerti. Pendidikan itu harus menajamkan pikiran (cipta), menghaluskan perasaan (rasa), dan menguatkan kemauan (karsa).
“Pendidikan kita harus mencari atau mereorientasi salah satunya bukan hanya pada teknis-teknis bagaimana melakukan ini dan sebagainya, tapi menguatkan kemauan akan jauh lebih penting, investasi bagi anak didik yang nantinya tumbuh berkembang secara mandiri dikemudian hari.”(Iwan Syahril – Dirjen GTK)
Tidak ada dua budi pekerti yang sama sehingga kita dapat membedakan yang satu dengan yang lainnya.
3. Mendidik Secara Relevan/ Kontekstual
Kerangka Utama Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Kodrat Keadaan adalah Kodrat Alam (Sifat, Bentuk) dan Kodrat Zaman (Isi, Irama). Sifat pokok tiap-tiap kebudayaan adalah universal (perikemanusiaan). Bentuk kebudayaan berbeda-beda sesuai kodrat alam. Isi kebudayaan timbul karena pengaruh zaman yang ditempati masyarakat. Irama kebudayaan adalah cara menggunakan seluruh unsur kebudayaan.
“Dalam mengambil kebijakan pendidikan harus relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Para pendidik, sekolah, sistem pendidikan, dan para pengambil kebijakan harus terus melakukan refleksi, serta harus sesuai konteks relevansi dengan kodrat alam dan kodrat zaman.” (Iwan Syahril – Dirjen GTK)
Sumber:
コメント